Dampak memarahi anak secara berlebihan

IGTKI_PGRI – para ahli psikologi dan perlindungan anak sudah banyak mensosialisasikan akan dampak, jika memarahi anak secara berlebihan. sang anak yang masih butuh perhatian lebih dan pendampingan dalam segala kegiatannya adalah salah satu tugas utama bagi orang tua. meskipun sedikiti banyak akan hal itu dapat memancing kesabaran para orang tua, karena saat menadampingi sang anak banyak melakukan kegiatan yang justru salah bahkan berbahaya. akan tetapu disinilah tugas dan peran orang tua agar memberikan edukasi yang positif karena sang anak masih dalam mode pencarian pengetahuan baik hal itu bagus, jelek, bahaya atau aman.

tentunya saat memberikan edukasi para orang tua tidak diperkenankan untuk memarahai dengan nada tinggi apalagi sampai memukul (ada UU perlindungan anak loo… jangan sampai memukul ya…). jika para orang tua tetap melakukan hal itu apa dampak yang di timbulkan bagi psikologis anak. berikut kita ulas dampak jika memarahi anak secara berlebihan.

1. Anaka suka menentang/menantang

Kondisi ini menyebabkan anak ingin membela dirinya sendiri yang kemudian muncul perilaku pertentangan. Anak menjadi berani untuk berbicara kasar dan menentang orang tuanya. Sehingga apapun yang dikatakan orang tuanya selalu tidak benar di benaknya dan anak merasa dirinya tidak ingin lagi diatur oleh orang tua dalam hal apapun. Sikap pertentangan ini muncul akibat anak sudah terlalu lelah dimarahi terus menerus seolah dirinya tidak lagi berharga dan memiliki perasaan. Oleh karena itu keinginan untuk bebas dari situasi tidak menyenangkannya membuat dirinya berani menentang.

2. Anak menjadi apatis, kurang sensitif, dan tidak peduli terhadap sekitarnya

Selaiin itu, beberapa kasus dalam keluarga dimana orang tuanya sering sekali memarahi anaknya, anak tumbuh menjadi pribadi yang apatis. Anak tidak peduli dengan lingkungan disekitarnya maupun orang orang terdekat. Anak tumbuh menjadi kurang sensitif dan kurang peduli. Anak hanya peduli terhadap kesenangannya sendiri dan bagaimana mendapatkan apa yang dia inginkan.

3. Memiliki pribadi introvert atau tertutup

Beberapa anak yang tumbuh dalam keluarga seperti itu, memperlihatkan sikap introvert atau tertutup. Anak lebih pendiam dan suka menyendiri. Anak merasa bahwa dirinya tidak pernah melakukan hal yang benar, karena sering dimarahi oleh orang tuanya. Anak merasa dirinya tidak memiliki kemampuan apapun untuk bisa membanggakan orang tua dan merasa berbeda dengan teman teman sekitarnya yang memiliki kasih sayang dari orang tua.

4. Anak menjadi depresif

Anak dengan tipe yang lembut dan hati yang lemah, akan berespon berbeda dengan kondisi seperti ini. Semakin sering anak mendapatkan teriakan atau amarah dari orang tua, anak menjadi semakin unresponsive, dan larut terhadap kesedihannya. Anak menjadi depresif dan tidak bisa berkembang. Pada kondisi depresif ini, sebaiknya dilakukan konsultasi pada psikiatrid. Kondisi deperesif, sudah berda pada tahap lanjut dari proses perkembangan anak dan terkait dengan sisi kejiwaan anak. Hal ini dapat menjadi hambatan besar bagi perkembangan anak danjuga masa depannya.

5. Anak menjadi trauma

Suara keras yang selalu dia dengar setiap hari, kata kata kasar yang keluar dari mulut orang tuanya, situasi amarah yang membuat jantungnya selalu berdegup kencang. Semua hal itu benar benar merusak mental perkembangan anak. Selain berjuta juta sel otak yang mati, hal tersebut membekas dalam ingatan anak dan menjadi luka seumur hidupnya. Hal ini menghambat perkembangan anak lebih jauh dan lebih baik lagi. Anak menjadi trauma terhadap suara keras, dan jantungnya lebih mudah berdebar kencang saat mendengar teriakan.

6. Anak menjadi pemarah

Akibat sering dimarahi, anak menjadi jennuh dan ingin keluar dari situasi tersebut. Anak berusaha untuk memberontak dan mempertahankan dirinya dari setiap amarah yang dia terima. Kemudian anak menjadi lebih pemarah dan tidak bisa diatur lagi. Anak lebih suka berada di luar rumah dan jauh dari orang tuanya.

7. Tingkat kecerdasan menurun

Anak yang sering dimarahi dan nmendapat tekanan, memiliki tingkat kecerdasan yang menurun. Isi pikiran dan hati anak hanyalah untuk mendapat kesenangan, kenyamanan, dan tempat yang tenang bagi dirinya sehingga dia tidak lagi bisa berfikir dan berusaha yang terbaik untuk meningkatkan prestasi dirinya di sekolah. Anak dengan background keluarga yang sering marah marah, cenderung tidak begitu baik dalam prestasi akademis.

8. Meniru perilaku orang tuanya

Semakin dewasa, anak akan tumbuh tidak berbeda dari orang tuanya. Apabila orang tuanya sering memarahi, memukul, berteriak atau lainnya, maka kebanyakan dia akan meniru sikap tersebut kemudian hari. Anak menjadi pribadi yang kasar dan bersikap bossy terhadap teman temannya.

9. Lebih mudah merasa sedih atau stres

Anak tumbuh dengan tingkat tekanan yang terus menerus dia dapatkan dari orang tuanya. Tekanan ini menumpuk dan terus menumpuk menjadi beban pikiran dan hati bagi anak. Anak menjadi lebih sering sedih dan stres. Anak tumbuh dengan jiwa yang lemah dan tidak mampu mengendalikan atau menyemangati dirinya sendiri. anak menjadi mudah stres. bahkan untuk hal yang kecil pun dan menurut orang lain tidak terlalu penting, anak justru akan memikirkannya terus dan jatuh dalam kondisi diri yang menekan dirinya sendiri sampai dia sulit tidur atau mengalami gejala stres lainnya.

10. Memiliki etika sosial yang buruk

Munculnya sikap egois, kurang peduli, tidak sensitif, dan lainnya menjadi hambatan bagi anak untuk beradaptasi dan berinteraksi sosial. Anak tumbuh menjadi seseorang dengan etika sosial yang kurang bagus dan cenderung bersikap seenaknya sendiri. Anak tidak mampu memahami etika sosial yang boleh dan tidak boleh. gaya berbicara keras, logat bicara tidak memiliki etika sopan santung, dan juga meremehkan orang tua dan tidak sanggup berbicara sopan kepada orang yayng lebih tua.

Demikian dampak negatif jika kita memarahi anak secara berlebihan. semoga tidak terjadi pada anak kita, hal tersebut tentunya dengan ditunjang dengan dukungan dan motivasi serta pendidikan baik dari orang tua dan guru yang bertindak sebagai pemberi pengatahuan umum.

semoga anak didik kita menjadi anak ynag berguna bagi nusa dan bangsa. Aamiin

narator : adminIGTKI
Sumber : dosenpsikologi.com
sumber foto : materipsikologikita.blogspot.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *